HMJ TP Hadirkan Prof. Koentjoro dalam Seminar tentang Psikologi Indigenous

Himpunan Mahasiswa Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi (HMJ TP) Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah IAIN Tulungagung kembali menyelenggarakan seminar tentang psikologi indigenous pada hari Senin tanggal 20 Maret 2017 bertempat di Aula Utama IAIN Tulungagung. Seminar nasional dengan tema “Memahami Manusia dalam Konteksnya” ini menghadirkan narasumber utama yaitu Prof. Koentjoro, Ph.D., Guru Besar Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dan dimoderatori oleh Lilik Rofiqoh, M.A., dosen Psikologi Agama di FUAD IAIN Tulungagung.

Acara seminar nasional ini dibuka oleh Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Dr. H. Teguh, M.Ag. Dalam sambutanya ia bercerita tentang “kegundahan akademis” yang dialami mahasiswa Jurusan TP tentang masa depan sarjana TP. Pada kesempatan tersebut ia mengingatkan kepada seluruh mahasiswa khususnya mahasiswa TP untuk tidak perlu khawatir terhadap masa depan Jurusan TP, karena jurusan ini adalah jurusan unik yang mengintegritaskan ilmu psikologi dengan nilai-nilai tasawuf. Dosen Filsafat Umum ini juga menyampaikan hasil diskusi beliau dengan Prof. Koentjoro, Ph.D. yang menyimpulkan bahwa psikologi yang memahami manusia itu, jika dari Islam ya Tasawuf itu sendiri. “Maka berbanggalah Anda sebagai mahasiswa Tasawuf dan Psikoterapi. Teruslahmaju demi peradaban”, pungkasnya.

Prof. Koen, panggilan akrab narasumber, dalam kesempatan ini menyampaikan beberapa pointpenting. Pertama, ketika berbicara problematika person dan konteks tentunya kita dituntut untuk dapat memahami masing-masing person atau kelompok dalam khazanah kebudayaanya bukan malah mengkritik.Dengan memahami maka kita akan terhindar dari kesalahpahaman. Kedua, seharusnya warga Indonesia berbangga karena Indonesia sangat kaya akan peradaban tua, kebudayaan lokal yang darinya terlahir psikologi indigenous nusantara. Ketiga, ternyata psikologi indigenous ini tidak lepas dari kerajaan besar yang pernah berdiri di bumi ini seperti Majapahit, serta tokoh-tokh kenamaan seperti Ki Ageng Surya Mentaram dan Sultan Agung. Maka berbanggalah karena kita pernah memiliki sejarah masa lalu yang membanggakan.

Pada akhir sesi orasi, Prof. Koen berpesan kepada peserta seminar bahwa dalam memahami kajian dari psikologi indigenous ini perlu kita tanamkan pada diri yaitu singkatan SMEPPPA (Senyum, Mendengarkan, Empati, Peka, Peduli, Pandai memuji dan memilih kata bijak, dan Action), serta jangan pernah merasa menjadi pribadi yang minder karena, sejatinya dalam hidup ini telah tertanam potensi-potensi yang ada pada diri. Nah, bagaimana mengembangkan potensi itu? Prof. Koen menutup dengan kata-kata bijak “ubahlah rasa mindermu menjadi potensi, karena hidup ini bukan soal kekurangan atau kelebihan melainkan penghargaan terhadap diri sendiri.”

Penyelenggaraan seminar nasional tentang psikologi indigenous ini didasari oleh fakta bahwa psikologi indigenous ini adalah psikologi yang pendekatanya terlahir dari local culture atau psikologi aspek budaya maka, hal tersebut menjadikanya unik. Ketua Panitia, Helmi Fauzi, mengatakan bahwa tujuan seminar ini adalah untuk memantik semangat berdiskusi dan menggali potensi seputar keunikan yang disuguhkan dalam kajian psikologi indigenous ini.Sebagai tindak lanjut, HMJ TP berkomitmen untuk mengkaji psikologi indigenous dengan membuat diskusi kajian psikologi indigenous setiap hari sabtu pukul 09:00 WIB yang bertempat di ruang kelas. Kajian tersebut bertujuan mencapai insan akademis yang kritis, haus akan khazanah pengetahuan untuk tujuan pengabdian intelektual yang profesional.(Kontributor: Divisi Litbang HMJ TP)