Dosen FUAD UIN Satu Tulungagung ikut menyemarakkan The 4th International Workshop Islam Nusantara and Research Methodology di UNIRA Kepanjen Kab. Malang

Kepanjen, Malang-Tema yang diangkat dalam acara The 4th International Workshop Islam Nusantara and Research Methodology adalah "Menggali Kearifan Masa Lalu, mengukir Jalan Kebangkitan Kedua: Sejarah sebagai Peta Jalan Peradaban Nusantara". Seminar yang sangat impresif tersebut dihadiri oleh para Narasumber Kunci, di antaranya : Prof. Dr. Masdar Hilmy (Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya), Dr. Akhol Firdaus (Kajur Ushuluddin UIN Satu Tulungagung) Dr. KH. Marzuki Mustamar (Pimpinan Pondok Pesantren Sabiilul Rosyad, Gasek, Malang, Jawa Timur. Kyai Marzuqi juga menjabat sebagai Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur periode 2018-2023), dan beberapa Guru Besar dari Syiria dan Mesir.

Seminar dilaksanakan selama tiga hari, yakni hati Jum'at s.d Ahad, tanggal 18 s.d 20 November 2022, bertempat di Aula KH. Moh Said UNIRA Kepanjen Kab. Malang. Peran serta aktif dosen-dosen Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah diapresiasi dengan baik oleh Dr. H. Akhmad Rizqon Khamami, Lc., MA. Beliau memberikan tugas kepada dosen-dosen muda yang memiliki semangat dalam mengkaji Islam Nusantara, di antaranya: Dr. H. Ahmad Nurcholis, M.Pd (Kajur Adab), Naibin, M.Pd (Sekretaris Jurusan Adab) dan Dr. Budi Harianto, M.Fil.I (Sekretaris Jurusan Ushuluddin). Ketiga dosen tersebut berkolaborasi dalam menulis artikel ilmiah berjudul TRADISI HAUL PARA WALI DENGAN DHAHAR NASI KEMBULAN (Studi Kasus di Pesantren Al Khoiriyyah Wates Tulungagung)".

                                                                                                                        

Penelitian yang dipresentasikan oleh Dr. H. Ahmad Nurcholis dkk tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan manfaat tradisi haul untuk melawan sikap intoleransi dan konflik bernuansa agama yang marak terjadi di Indonesia melalui tradisi haul di pesantren Al Khoiriyyah. Tradisi haul ini diselenggarakan setiap awal bulan Rajab untuk mengenang jasa seorang tokoh yang bernama Sayyid Ahmad bin Salim Al Muhdlor. Tokoh ini dikenal masyarakat sebagai pendiri pesantren Al Khoiriyyah, Desa Wates dan penyiar agama Islam yang pertama. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskripsi analisis. Hasil penelitian didapatkan bahwa tradisi haul yang awalnya hanya dilaksanakan oleh kelompok masyarakat tingkat dusun, berkembang menjadi tingkat desa, dan bahkan lintas desa atau wilayah. Di akhir prosesi haul tedapat tradisi makan bersama yaitu dhahar nasi kembulan. Dari sinilah interaksi dan harmoni sosial warga masyarakat tercipta yang tidak terlepas dari pengaruh karakter budaya Jawa. Haul ini yang telah menjadi ritual wajib tahunan tersebut, juga mentransformasi masyarakat menjadi suatu simbol yang sarat makna. Tradisi ini menjadi simbol kehidupan sosial yang harmonis, karena memberikan peluang bagi aspek-aspek perekat sosial yang terdiri dari aspek sosial keagamaan, budaya dan peran pemimpin serta tokoh agama dapat berfungsi dengan baik. (Ois-Naibin-Budi-Syaikhu)