Islam Nusantara, terlepas dari kontroversi yang melingkupinya, adalah bagian integral dari Islam Universal yang memiliki kekhasan-kekhasannya di Indonesia. Islam yang bukan lagi berada di pinggiran peradaban, tetapi Islam yang sudah menjadi pusat peradaban. Islam Nusantara yang berdimensi ruang serta Islam Berkemajuan yang berdimensi waktu, merupakan cara pandang yang sama-sama lahir dan berkembang di Indonesia.
Demikian disampaikan Muhamad Ali, Associate Professor di Department of Religious Studies, University of California, Riverside, AS, pada Studium Generale, Senin, 14 September 2015. Kuliah yang diselenggarakan untuk mahasiswa baru Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) IAIN Tulungagung ini mengambil tema “Meneguhkan Islam Nusantara untuk Islam Berkemajuan”. Selain mahasiswa, acara ini juga dihadiri oleh dosen, staf, serta pejabat di lingkup fakultas.
Istilah "Islam Nusantara" dan "Islam Berkemajuan" yang menjadi landasan tema kuliah umum kali ini merupakan dua istilah yang populer dalam wacana keislaman terkini. Sebagaimana diketahui, Islam Nusantara adalah core issue dalam muktamar Nahdlatul Ulama' (NU) ke-33 tahun 2015 di Jombang, sedangkan Islam Berkemajuan adalah core issue dalam muktamar Muhammadiyah ke-47 tahun 2015 di Makassar. Dr. Abad Badruzaman, Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah, menjelaskan, latar belakang pengambilan tema ini adalah karena kedua istilah tersebut merupakan respon yang berbeda dari kedua ormas terhadap fenomena yang sama yaitu globalisasi, terutama globalisasi kebudayaan, baik dalam bentuk arabisasi ataupun westernisasi. "Kedua tema ini menarik untuk ditelaah dan diperbandingkan kekhasannya masing-masing, terutama dalam relevansinya dengan kondisi Islam di Indonesia, bahkan di dunia," ujarnya.
Dalam sambutan pembukaan, Wakil Rektor I IAIN Tulungagung, Prof. Dr. H. Imam Fu’adi, M.Ag., menyampaikan bahwa memang istilah Islam Nusantara dan Islam berkemajuan tersebut muncul dan semakin populer menjelang dan saat dilaksanakannya Muktamar NU yang juga berbarengan dengan Muktamar Muhammadiyah. Bukan berarti ini sesuatu yang latah, namun rasanya memang perlu mahasiswa IAIN Tulungagung terutama mahasiswa FUAD untuk tahu dan mengerti tentang wawasan dan perkembangan wacana keislaman terkini. “Maka dari itulah, dengan menghadirkan Prof. Muhamad Ali, Ph.D. ini kita bisa berdiskusi panjang mengenai apa sebenarnya Islam Nusantara, dan apa sebenarnya Islam Berkemajuan sebagaimana tema yang kita angkat hari ini.”, kata Prof. Dr. Imam Fu’adi, M.Ag.
Diskusi berlangsung meriah karena selain pemaparan tentang anasir-anasir Islam Nusantara mulai dari sudut pandang geografis, kebudayaan, kalam dan pemikiran, tasawuf, fikih dan ushul fikih, konstitusi negara, kemanusiaan universal, narasumber juga menyuguhkan pertanyaan-pertanyaan kritis terkait tema. Pertanyaan yang harus dijawab oleh kalangan akademisi adalah, misalnya, apakah Islam Politik bukan bagian dari Islam Nusantara jika ia dipahami sebagai Islam kultural? Apakah Islam Nusantara lebih dominan aspek Jawa-nya? Pendekatan-pendekatan dan disiplin-disiplin ilmu apa saya untuk meneliti Islam Nusantara ini? [*]