Kamis, Nov 21, 2024

Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Perdalam Perkembangan Media Massa ke Jawa Pos

Surabaya – Senin, 28 Oktober 2019 pukul 05.30 WIB pagi satu persatu mahasiswa mulai berdatangan di stasiun Tulungagung. Mengenakan seragam khas jurusan, mereka menaiki gerbong kereta api yang mengantarkannya ke Surabaya. Ya, tidak kurang dari 60 mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) semester 3 A dan B, Fakultas Ushuluddin, Adab, dan  Dakwah, IAIN Tulungagung ini ingin berkunjung ke redaksi Koran Jawa Pos, Senin (28/10) lalu di gedung Graha Pena Lt. 4, Jalan Ahmad Yani 88, Surabaya.

Kegiatan dalam rangka Kunjungan Media dan Studi Lapangan Komunikasi Massa ini merupakan salah satu rangkaian dari materi perkuliahan Komunikasi Massa yang mereka dapatkan. “Kunjungan media ini mengajak mahasiswa untuk mengenal lebih jauh secara langsung bagaimana perkembangan media massa khususnya media cetak di era media baru saat ini. Disamping itu mereka juga diajak untuk updating informasi mengenai materi-materi komunikasi massa yang sudah didapatkan di kelas,” terang Mohammad Solihin, M.A., dosen KPI pengampu mata kuliah Komunikasi Massa.

Kurang lebih selama 3 jam kunjungan di news room Jawa Pos lantai 4, mahasiswa KPI IAIN Tulungagung disambut hangat oleh jajaran redaksi yang dipandu Ali Mahrus, salah seorang redaktur Jawa Pos. Selain berbagi pengalaman dunia kewartawanan dan iklim kerja di Jawa Pos, Ali Mahrus juga menyampaikan pemaparannya tentang tranformasi media cetak Jawa Pos menjadi Jawa Pos Digital. “Proses pencarian berita, proses percetakan, dan proses distribusi dari koran Jawa Pos cetak yang selama ini terjadi tidak serta merta hilang dengan adanya Jawa Pos Digital. Namun, semuanya bersinergi dalam menyajikan berita kepada pelanggan Jawa Pos cetak agar tidak tergerus oleh berita online” papar redaktur yang sebelumnya lama bertugas di graha pena Jawa Pos Jakarta ini.

Berbagai penjelasan mengenai perkembangan koran Jawa Pos mendapat respon mahasiswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan dan diskusi pun menjadi gayeng. Sebagaimana Intan, yang mempertanyakan aturan narasumber yang diambil untuk mengimbangi berita online yang cenderung up to date. Begitu pula halnya dengan Atik, mempertanyakan cara redaksi untuk mengetahui mana berita yang hoax atau tidak dengan maraknya berita hoax dari media sosial atau media online sebelum diberitakan di koran Jawa Pos. Ada pula yang mempertanyakan mengenai sisi bisnis koran Jawa Pos yang harus bersaing dengan media-media digital. “Kami merasa sangat senang sekali dengan adanya kegiatan kunjungan dan studi lapangan ini untuk memperdalam pengetahuan mengenai perkembangan media massa dalam studi komunikasi massa yang tidak kami dapatkan di kelas,” kata Syahrul, ketua kelas KPI semester 3A ini yang mendapatkan pencerahan selama kunjungan.