A. Latar belakang
Islam adalah agama yang rahmatan lil 'alamin, di bawa oleh nabi Muhammad Saw. Agama Islam meliputi Aqidah, Syariah dan Akhlaq. Sebagai agama yang sempurna, Islam telah menyempurnakan ajaran-ajaran yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul sebelumnya. Selanjutnya, tugas Nabi diwariskan kepada Ulama’. Islam mengajarkan pada umatnya untuk saling toleransi dan menyayangi antara sesama manusia. Islam tidak memandang manusia berdasarkan kasta atau strata sosialnya, melainkan semua manusia sama di mata Sang Pencipta, yang membedakan hanyalah derajat ketaqwaannya. Setiap umat Islam, sepatutnya mempelajari agama Islam dan mengemban misi daakwah untuk mensyiarkannya ke penjuru dunia.
Ulama sebagai penerus perjuangan dakwah Nabi Muhammad Saw, mereka sejatinya adalah pemuka agama atau pemimpin agama yang bertugas untuk mengayomi, membina dan membimbing umat Islam baik dalam masalah-masalah agama maupum masalah sehari hari yang diperlukan baik dari sisi keagamaan maupun sosial kemasyarakatan. Nabi Muhammad Saw menyebut mereka sebagai lentera-lentera yang menerangi dunia dengan ilmu dan kebenaran. Para ulama adalah nahkoda di dalam perahu keselamatan, pemandu di pantai yang tenang, dan penerang di tengah gelap gulita. Allah Swt berfirman:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
“Kami jadikan di antara mereka pemimpin-pemimpin yang memberikan petunjuk dengan perintah Kami selama mereka bersabar. Dan mereka adalah orang-orang yang yakin terhadap ayat-ayat kami” (QS.As-Sajdah: 24).
B. Biografi KH. Syamsul Arifin Dampit (1949-2013 M)
Beliau lahir pada tanggal 16 Juni 1949 di desa Majangatengah Kidul Kali Kecamatan Dampit Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur. Wafat pada tanggal 09 Desember 2013. Nama Ayah H. Abdul Qohir dan nama ibu Sawati. Beliau adalah anak piatu di mana setelah ibunya melahirkan beliau, ibunya meninggal dunia, terus diasuh ayahanya. Ketika ayahnya menikah lagi, beliau hidup bersama neneknya bernama Nisa, pada usia lima tahun, yaitu pada usia tingkat SD, beliau sudah mondok di Zainul Ulum Ganjar Gondanglegi, selanjutnya melanjutkan mondok di Sidogiri Pasuruan, selanjutnya mengemban amanat sebagai guru tugas ke pesantren Sepoloh di Madura.
KH SyamsulArifin menikah dengan ibu Nyai Hj. Anik Zumroti pada tanggal 28 Agustus 1976 dan dikaruniai tiga anak: Pertama, Ika Tauhidah, S.HI lahir tanggal 24 Mei 1977 tinggal di Bulurejo Blabak Kota Kediri. Kedua, Izzatul Laila, M.Pd.I lahir 30 Juli 1979 tinggal di desa Majangtengah Dampit Kab. Malang. Ketiga, In’am Fuadi Al-Idrus, S.HI lahir 03 Mei 1981 tinggal di desa Majangtengah Dampit Kab. Malang.
C. Menikah dengan Nyai Hj. Anik Zumroti (Tahun 1976)
Nama istrinya adalah Hj. Anik Zumroti Baihaqi lahir pada tanggal 21 Maret 1954. Memulai pendidikan dasar di SDN Majang I lulus tahun 1967. Selanjutnya berhijrah ke kota santri, yaitu kota Jombang Jawa Timur guna melanjutkan pendidikan pada MTsIN Tambak Beras Jombang lulus tahun 1973. Beliau meneruskan pendidikan pada jenjang menengah di MAAIN Tambak Beras Jombang lulus tahun 1976. Selanjutnya mendalami ilmu keguruan pada KPG/SPG Malang yang beralamat di jalan Bandung kota Malang, yang ditempuh selama dua semester, lulus tahun 1980. Lalu beliau melanjutkan pendidikan tingkat Sarjana/S1 di UINIRA Malang lulus tahun 2005. Nama Ayah adalah KH. Baihaqi Anwar, wafat tahun 1977. Nama ibu adalah Nyai Hj. Siti Aisyah (masih hidup, berusia 85 tahun, saat artikel ini ditulis pada 28 April 2020). Hj. Anik Zumroti menempuh pendidikan Non Formal di Pesantren Al Fatimiyah Tambak Beras Jombang selama 8 tahun, lulus 1976, beliau diasuh langsung oleh Ibu Nyai Musyarrofah Fattah (istri dari KH. Fattah Hasyim, Pengasuh Pesantren Putri Al-Fathimiyyah Tambak Beras Jombang)
D. Character Building sebagai Strategi Dakwah KH. Syamsul Arifin.
Strategi dakwah yang dilakukan oleh KH Syamsul Arifin adalah melaui pengembangan pendidikan karakter (Character Building) bagi masyarakat di wilayah kecamatan Dampit pada khususnya, dan wilayah kabupaten Malang pada umumnya. Beliau tidak pernah menyerah untuk membimbing masyarakat guna menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter (Character Building) dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat, dengan misi pendidikan, yaitu membentuk pribadi yang sempurna atau “Insan Kamil”. Terminologi Insan kamil berasal dari bahasa Arab, yaitu dari dua kata insan dan kamil. Secara harfiah, insan berarti manusia, dan kamil berarti yang sempurna. Dengan demikian, insan kamil berarti membentuk manusia yang sempurna di mana antatra aspek fisik, ruh, akal dan jiwa terbentuk secara utuh dan sempurna dalam mengenal Allah Swt sebagai Penciptanya.
Menurut Yusuf al-Qardhawi bahwa pendidikan karakter (Character Building) adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena itu, pendidikan agama islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya. Tujuan dari pendidikan perspektif Yusuf Al-Qardhawi ialah untuk menjadikan manusia yang baik dalam hubungannya dengan Allah Swt maupun hubungan antar manusia dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari, melalui penanaman nilai dengan metode ibadah yaitu dengan membiasakan diri dalam menjalankan kewajiban dan menjahui segala larangan agama Islam..
Perjuangan dakwah KH. Syamsul Arifin pada mulanya menghadapi rintangan yang sangat sulit. Namun beliau dengan penuh kesabaran dan ketekunan yang tinggi, tetap gigih dalam mengajarkan Islam secara Kaffah. Dakwah beliau tak luput pula dari cacian, cemoohan dan hinaan dari orang-orang hasud di sekitarnya, tapi beliau tetap semangat untuk terus berjihad menegakkan kebenaran. KH. Syamsul Arifin mengajarkan kepada setiap santrinya untuk tekun dan disiplin dalam menuntut ilmu dan memperdalam ilmu agama.
Beliau telah sukses mendirikan yayasan Miftahul Ulum Annur pada tahun 1968, lembaga yang berbasis pesantren salaf dan lembaga pendidikan formal dari PAUD, RA, MI, MTs hingga MA. Beliau juga aktif dalam organisasi Ansor, serta istiqomah mengabdikan diri pada organisasi NU hingga menjadi Ketua Syuriah NU Kabupaten Malang. Pedoman utama KH. Syamsul Arifin dalam mengasuh pondok pesantren dan madrasah adalah mengajak santri untuk ikhlas, tekun dan rajin dalam berdakwah agama Islam, serta mengembangkan pendidikan baik non formal maupun formal secara sembang antara kecerdasan inteletual dan kecerdasan spiritual .
E. Jejak Perjuangan Dakwah KH. Syamsul Arifin
Setelah mengenyam pendidikan pesantren di pondok pesantren Mansyaul Ulum Ganjar Gondanglegi selam tiga tahun, melanjutkan lagi ke pondok pesantren Sidogiri Pasuruan, setelah itu melaksanakan tugas dari pondok Sidogiri yakni mengajar di Madura di daerah Subolo selama satu tahu, habis itu pulang kuliah di IKIP PGRI MALANG setelah mengenyam pendidikan perkuliahan (S1) beliau langsung diangkat menjadi PNS.
Jejak perjuangan dakwah KH. Syamsul Arifin antara lain : mendirikan yayasan Miftahul Ulum pada mulanya mendirikan RA, MI, MTs dan MA kemudian pondok. Pemberian nama Yayasan Miftahul Ulum karena KH. Syamsul Arifin alumni pondok pesantren Sidogiri, tapi pada era Presiden Suharto dihimbau agar nama MI ganti nama pahlawan dan dipilihnya Sultan Agung (Mataram) karna masih ada garis keturunan dengan Bu Nyai Hj Anik Zumroti. Sedangkan untuk MTs, MA dan Pondok tetap memakai nama Miftahul Ulum. Adapun nama pondok dikasih tambahan pondok pesantren Miftahul Ulum Annur, mengambil nama pemilik tanah wakaf nenek ibu HJ Anik Zumroti, S.Pd.I yakni Kakek KH. Muhamd Nur yang memiki dua istri yakni Siti Aminah dan Siti Maimunah.
Beliaulah perintis pertama lembaga di Desa Majangatengah. Sebab sebelum tahun 1968 belum ada lembaga, di desa Majangatenga KK belum ada orang yang lulus SD, orang-orang desa masih buta Aksara yakni di mana warga itu bisa membaca bisa mengaji tapi belum bisa menulis. KH. Syamsul Arifin berusaha keras untuk merubah keadaan tersebut, sehingga tercapainya mendirikan madrasah MI pada tahun 1968 setah itu mendirikan MTS pada tahun 1984 bersamaan dengan Pondok pesantren beliau juga bercinta-cita ingin mendirikan MA tapi belum dapat izin sampai wafatnya beliau, di teruskan istri beliau ibu HJ. Anik Zumroti, S.Pd.I sampai di resmikannya MA Miftahul Ulum Annur.
Perjuangan beliau sangatlah sulit dimana KH. Syamsul Arifin sebagai PNS juga pengasuh pondok beliau sangat sabar dan tekun di pagi hari beliau menjalankan amanah sebagai PNS menjelang sore beliau mengajar di pondok. Prinsip perjungan KH. Syamsul Arifin sepenuhnya mencurahkan hidupnya berdakwah dalam dunia pendidikan dan agama melaui Yayasan, Madrasah dan Pondok.
Jadi setelah beliau mendirikan yayasan ini masyarakat antusias bersekolah ada pula yang mondok kepada KH. Syamsul Arifin semua berkat jerih payah perjuangan beliau sampai saat ini juga masyarakat merasakan Khidmah dari perjuangan beliau. Makam Beliau di sebelah barat rumah Ning Izzatul Laila (anak ke-2)
F. Visi dan Misi Pendidikan KH. Syamsul Arifin
Pertama, pendidikan sukses karena disiplin. Jangan membedakan antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum, karena kalau berat sebelah di anggap pincang. Beliau menekankan kepada santrinya “Kebiasaan itu belum tentu benar, tapi dibiasakan itu yang benar”. Maksudnya segala sesuatu yang sering kita lakukan itu belum tentu benar tetapi kita itu di ajarkan untuk berusaha terbiasa atau Istiqomah dalam hal kebaikan.
Kedua, pendidikan karakter dimulai dari pembiasaan. Menekankan prinsip “kullisyai’in alaa kulino” (segala sesuatu di lihat dari kebiasaannya). Jadi KH. Syamsul Arifin tak henti-henti untuk membiasakan pada santrinya berbuat baik setiap saat, sehingga menjadi “kulino” (kebiasaan).
Ketiga, Pendidikan harus memberikan manfaat bagi kemanusiaan. Mengajarkan tentang “Sebaik-baik manusia mempunyai manfaat bagi manusia yang lain”. Dan wasiat beliau adalah Menuntut ilmu setinggi mungkin selagi mampu serta mengajarkan ilmu kita dan mengajak orang lain untuk berbuat baik.
G. Karomah KH. SYAMSUL ARIFIN
Beliau setiap hari Istiqomah tak pernah putus membaca wirid dari pondoknya Sidogiri yaitu Dalaill khoirot. Karomahnya antara lain: Pertama, Segala cita-cita dakwah yang ditargetkan dan dicita-citakan semua terwujud sebelum wafatnya. Kedua, Memperoleh keselamatan dari ancaman musuh. Ketiga, Memiliki pengikut Dakwah yang fanatik dan banyak, mereka rela berkorban demi membela perjuangannya.
H. Kesimpulan
Pertama, manfaat dan Hikmah dari jejak perjuangan dakwah KH. Syamsul Arifin bahwasanya perjuangan itu membutuhkan semangat yang gigih, teguh, dan sabar dalam menyebarkan agama Islam segala strategi yang ditemput, hingga akhirnya Allah Swt mengangkat derajat kita. Kedua, Allah tidak meliat harga diri seorang itu dari taraf keluarga yang miskin atau kaya, tapi Allah Swt akan mengangkat derajat hamba pilihanNya sebab iman yang teguh, amal ibadah yang tekun dan kesungguhan tekad untuk berjuang dan merubah nasibnya. Ketiga, pendidikan karakter (Character Building) hanya bisa diwujudkan dengan teladan, pembelajaran yang istiqomah dan dakwah yang berkelanjutan.
Ditulis oleh : Hasan Basri, Mahasiswa MD Angkatan 2019.
Dosen Pembimbing: Dr. Ahmad Nurcholis.