Kamis, May 02, 2024

Manasik Haji Oleh Prof. Dr. KH. Aswadi, M.Ag.

Surabaya-Sertifikasi hari ke-7 (Ahad tanggal 24 April 2022) pada sesi pagi yakni bakda subuh, difokuskan untuk Praktek Manasik Haji dengan metode Micro Guiding yang dipandu oleh Direktur Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya (Prof. Dr. KH. Aswadi, M.Ag). Sebagai narasumber, Beliau tampil prima dan sangat bersemangat dalam mendemostrasikan praktek manasik haji di depan para peserta sertifikasi Haji. Beliau didampingi oleh Dr. Ahmad Nurcholis (Dr. Ois) sebagai Host dan Rohmat, S.Hum., M.Pd.I sebagai koordinator lapangan. Salah satu keunggulan  Asrama haji, yakni adanya fasilitas dan laboratorium haji yang komoplit dan representatif, di antaranya miniatur ka'bah, miniatur shofa marwah, miniatur jamarat dan bahkan ada pusat kajian haji serta kantor pelayanan siskohat.

Pertama, Hakekat Manasik Haji. Haji berarti mengunjungi Ka'bah untuk beribadah kepada Allah dengan rukun-rukun dan kewajiban tertentu serta mengerjakannya pada waktu tertentu, yaitu pada bulan Żulḥijjah. Jadi, haji adalah rukun Islam kelima yang wajib dikerjakan oleh setiap Muslim laki-laki dan perempuan yang sudah mampu, baik secara materi, fisik maupun keilmuan. Kewajiban berhaji ini dilakukan sekali dalam seumur hidup sebagai ibadah ritual tahunan yang dilaksanakan oleh kaum Muslimin seantero dunia, dengan mengunjungi Ka'bah (Baitullah) serta beberapa tempat yang telah ditentukan di Makkah al￾Mukarramah.Ibadah haji merupakan ibadah yang wajib dilakukan bagi setiap Muslim berdasarkan tuntunan Allah SWT. dan petunjuk Rasulullah Muḥammad SAW. Allah SWT. berfirman dalam QS. Ali Imran [3]:97

Kedua, Sifat Haji Rasulullah SAW. Beliau ṣalat di Masjid Żulḥulaifah, kemudian beliau menaiki untanya yang bernama al-Qaṣwa. Setelah sampai di dataran tinggi berbatu karang (al-Bayda), aku melihat di sekelilingku, alangkah banyaknya orang yang mengiringi beliau, yang berkendaraan dan yang berjalan kaki, di kanan kiri dan di belakang beliau. Dalam perjalanan itu, beliau selalu dituntun oleh Al-Qurān (wahyu Allah) dan beliaulah yang lebih mengetahui maksudnya. Apapun yang beliau amalkan, kami laksanakan pula. Selanjutnya, beliau mengangkat suara bacaan talbiyah: Labbaika allahumma labbaik, labbaika lā syarīka laka labbaik, innal ḥamda wanni’mata laka  wal mulk, lā syarīka laka (Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu, aku penuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu, sesungguhnya segala puji  dan seluruh nikmat adalah milik-Mu, begitu pula kekuasaan, tiada sekutu bagi-Mu). Maka semua orang (yang berhaji bersama beliau) juga mengucapkan talbiyah, seperti talbiyah Nabi SAW. Beliau tidak melarang mereka mengucapkannya, dan beliau terus mengucapkan talbiyah.
Ketiga, Keberangkatan Nabi Saw untuk Menunaikan Manasik Haji. Pada saat Rasulullah SAW. sedang menyiapkan diri untuk berangkat menunaikan ibadah haji, kota Madinah ditimpa wabah penyakit kulit. Hal ini bisa jadi karena penuh sesaknya kota Madinah waktu itu oleh kaum Muslimin yang ingin ikut perjalanan mulia bersama Rasulullah SAW., dengan tujuan dan semangat ingin mencontoh pelaksanaan haji Rasulullah SAW. Oleh karena wabah penyakit tersebut, sebagian di antara kaum Muslimin tidak bisa berangkat. Rasulullah SAW. akhirnya mengumumkan, bahwa umrah pada bulan Ramaḍan mengimbangi (nilai) ibadah Haji. (Ois- Budi -Rohmat -Wahab)