Surabaya-Menuju hari penutupan sertifikasi pembimbing Manasik Haji, para peserta sertifikasi sedikitpun tidak mengendurkan semangat mereka dalam mengikuti sesi seminar yang diselenggarakan KANWIL KEMENAG dan UIN SATU Tulungagung. Apalagi pada hari ke-8 pagi ini, Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag. kembali menjadi narasumber dengan tema "Makna dan Filosofi Haji". Selaku perintis Studi Dakwah, Prof. Dr. Ali Aziz kali ini didampingi Moderator dari UIN SATU Dr. Bobby Rachman Santoso, M.S.I. Keduanya merupakan konseptor Ilmu Dakwah di UIN Sunan Ampel Surabaya dan UIN SATU Tulungagung.
Penyampaian materi Hikmah dan Filosofi Haji memperoleh sambutan yang antusias dari para peserta. Pembahasan materi disusun dengan apik dan rapi, diselingi dengan diskusi dan tanya jawab antar kelompok. Beliau menegaskan bahwa Makna Filosofis adalah pesan spiritual di balik ibadah lahiriyah; lebih menekankan aspek tasawuf daripada fiqh, lebih fokus pada isi daripada kulit. Afala ta’qilun, afala tandhurun. Mengapa perlu? Sebab (a) Hampir 90 % ibadah kita seremonial bukan fungsional. Wudu, shalat, puasa, zakat dan haji kita hanya diukur keabsahan dan kemabrurannya dengan kacamata fiqih, (b) Hanya, dengan penghayatan makna filosofis, ibadah dapat merubah pola pikir dan pola hidup menuju qalbun saliim. Selanjutnya, Kajian lebih pada perspektif aksiologis, daripada ontologis dan epistemologis.
Filosofi Matahari :
Filosofi Teko/Cerek :
Filosofi Thawaf :
Beliau menasihati pada seluruh peserta sertifikasi haji dan umroh, bahwa tidak mungkin segala sesuatu yang anda lakukan kemudian menyenangkan orang lain tidak dibalas kecuali orang itu tak memiliki perasaan. Adapun Allah sendiri yang akan membalasnya. Sebelum Prof. Dr. Ali Aziz mengakhiri ceramah dan tanya jawab, beberapa peserta mengeluarkan testimoni seperti: Kh. Tontowi Jauhari, M.Ag. dari KEMENAG Kediri yang mengatakan bahwa narasumber sanggup membawa materi dengan nilai teoretis dan spiritual. Secara teoretis, peserta memahami makna Haji dan filosofinya yang selama ini jarang dipelajari di perguruan tinggi. Secara Spiritual, pemahaman ini dapat diresapi dalam hati dan menjadi renungan untuk memperbaiki kualitas diri sebagai pembimbing manasik haji. (Ois, Budi, Bobby, Rohmat, Fikri)